Wednesday, January 01, 2014

Dibalik Status Baru

Setiap perempuan di dunia pasti kepingin nikah, iya gak? Perasaan ini terus saya punya dan saya keep sampai pada akhirnya ada orang yang berani mau minta saya ke Ibu untuk.. dijadikan istri. Hati senang bukan main dong? Setelah penantian panjang, dengan pertanyaan "Apa iya ada moment seorang laki-laki datang ke rumah saya untuk meminta jadi istrinya?" atau.. "Yang seperti apa ya suami saya kelak, wujudnya? agamanya?..". Buat cewek-cewek diluar sana pasti ada dong perasaan kayak gini? Ya gak?

But once.. Allah kasih jodoh kita (insyaa Allah jodoh sampai di syurga ya) di depan mata, akad nikah terlaksana, sah jadi suami-istri, berarti dengan kata lain status kita berubah dong... Iya gak? Kalau buat pihak perempuan jadi istri, untuk pihak laki-laki jadi suami. Ada apa memangnya di balik status baru itu? Ada hak dan kewajiban yang masing-masing pihak harus penuhi (atau berusaha untuk penuhi) agar keluarga baru ini tetap dalam rahmatnya Allah... ya gak?

Betapa emang saya mesti dibikin melek dulu dengan beberapa kejadian baru saya sadar, eh iya ya.. Senang-senang pas masih single dulu itu tuh udah nggak berlaku lagi. Eh tapi bukan jadinya gak senang-senang loh... Walaupun keliatannya kerjaan para istri itu banyak, tapi semuanya keitung jadi pahala. Akhir-akhir ini saya suka jadi sedih kalau dengar hadits-hadits yang berkaitan dengan istimewanya kita jadi istri kalau kita taati rambu-rambu yang Allah udah kasih, yang Rasulullah sudah contohkan...

Yang paling "ngena" buat saya pribadi adalah beberapa hadits berikut

1. “Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.”  -Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1159), Ibnu Hibban (no. 1291 - al-Mawaarid) dan al-Baihaqi (VII/291), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Hadits ini diriwayatkan juga dari beberapa Shahabat. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1998).

Kebanyang gak? Lelaki yang entah siapa, yang dulunya bersusah-susah cari gelar, datang meminta kepada orang tua kita supaya bisa jagain kita. Mereka banting tulang buat menafkahi kita. Kita sudah diserahkan orang tua kepada lelaki ini yang kelak menjadi suami kita. Maka pantaslah kalau kita harus menaati suami-suami kita, yang tentu saja untuk perkara yang ma'ruf. Taat kepada suami setelah taat kepada Allah dan Rasulnya.

2. “Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 1296 al-Mawaarid) dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Shahiih Mawaariduzh Zham’aan (no. 1081).


Mau dapat tiket masuk ke syurga nya Allah dengan bebas memilih lewat pintu mana saja yang kita mau? Syaratnya Sholat lima waktu (gak termasuk Sholat sunnah), puasa romadhon (gak termasuk puasa sunnah), dan taat sama suami. Sebegitunya ya ternyata? sebegitunya? Iya memang sebegitunya.. tapi dibalik kata taat ini yang kita kadang suka kepeleset. Kepeleset cemberut sama suami, kepeleset nawar apa yang tidak dibolehkan oleh suami kita, kepeleset bikin suami sedih. 

3. “Perhatikanlah bagaimana hubunganmu dengannya karena suamimu (merupakan) Surgamu dan Nerakamu.” Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (VI/233, no. 17293), an-Nasa-i dalam ‘Isyratin Nisaa' (no. 77-83), Ahmad (IV/341), al-Hakim (II/189), al-Baihaqi (VII/291), dari bibinya Husain bin Mihshan radhiyallaahu ‘anhuma. Al-Hakim berkata, “Sanadnya shahih.” Dan disepakati oleh adz-Dzahabi.

untuk keterangan lebih lanjut tentang "Ketaatan Seorang Istri" bisa dibaca disini.



Adapun kewajiban-kewajiban istri adalah...

1. Mentaati perintah suami
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci(HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

2. Berdiam di rumah dan tidaklah keluar kecuali dengan izin suami
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (QS. Al Ahzab: 33).

Ini nih... yang rasa-rasanya kok susah.. "Boleh gak hari ini kesini?" dan kalau jawabannya gak dapet izin.. apa yang kita lakukan sebagai istri? Cemberutkah? atau mengiyakan dengan lapang dada sambil senyum? hihihi dijawab masing-masing aja ya.. Moga-moga kita selalu bisa memberikan perasaan terbaik kita untuk suami ya.. Dibalik kesel-keselnya kita semisal apa yang kita mau tidak terpenuhi. Percayalah.. Suami kita pasti punya alasan yang terbaik untuk kita misalnya kemauan kita tidak terpenuhi. :)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi seorang istri keluar dari rumah kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat kepada AllahTa’ala dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa.” (Majmu’ Al-Fatawa, 32: 281)

3. Taat pada suami ketika diajak ke ranjang
Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas si istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh(HR. Bukhari no. 5193 dan Muslim no. 1436).

4. Tidak mengizinkan orang lain masuk rumah kecuali dengan izin suami
Tidak boleh seorang wanita mengizinkan seorang pun untuk masuk di rumah suaminya sedangkan suaminya ada melainkan dengan izin suaminya.(HR. Ibnu Hibban 9: 476. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

5. Tidak berpuasa sunnah ketika suami ada kecuali dengan izin suami
Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin suaminya. (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)

6. Tidak menginfakkan harta suami kecuali dengan izinnya
Janganlah seorang wanita menginfakkan sesuatu dari rumah suaminya kecuali dengan izin suaminya (HR. Tirmidzi no. 670. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)

7. Berkhidmat pada suami dan anak-anaknya
Sudah semestinya seorang istri membantu kehidupan suaminya.
khidmat Fathimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah suaminya, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Sampai-sampai kedua tangannya lecet karena menggiling gandum. (HR. Bukhari no. 5361 dan Muslim no. 2182)

8. Menjaga kehormatan, anak dan harta suami
Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada” (QS. An Nisa’: 34). 

9. Kesembilan: Bersyukur dengan pemberian suami
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907). Lihatlah bagaimana kekufuran si wanita cuma karena melihat kekurangan suami sekali saja, padahal banyak kebaikan lainnya yang diberi. Hujan setahun seakan-akan terhapus dengan kemarau sehari.

10. Berdandan cantik dan berhias diri di hadapan suami
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

11. Tidak mengungkit-ngungkit pemberian yang diinfakkan kepada suami dan anak-anaknya dari hartanya
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)” (QS. Al Baqarah: 264).

12. Ridho dengan yang sedikit, memiliki sifat qona’ah (merasa cukup) dan tidak membebani suami lebih dari kemampuannya
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)

13. Tidak menyakiti suami dan tidak membuatnya marah
Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia melainkan istrinya dari kalangan bidadari akan berkata, “Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah tamu di sisimu; hampir saja ia akan meninggalkanmu menuju kepada kami”. (HR. Tirmidzi no. 1174 dan Ahmad 5: 242. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

14. Berbuat baik kepada orang tua dan kerabat suami

15. Terus ingin hidup bersama suami dan tidak meminta untuk ditalak kecuali jika ada alasan yang benar
Wanita mana saja yang meminta talak kepada suaminya tanpa ada alasan (yang dibenarkan oleh syar’i), maka haram baginya mencium wangi surga.” (HR. Tirmidzi no. 1199, Abu Daud no. 2209, Ibnu Majah no. 2055. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

16. Berkabung ketika meninggalnya suami selama 4 bulan 10 hari
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah: 234)

Tidak dihalalkan bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berkabung atas kematian seseorang lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya, yaitu (selama) empat bulan sepuluh hari.” (HR. Bukhari no. 5334 dan Muslim no. 1491

Lebih lengkapnya tentang kewajiban-kewajiban istri klik ini dan ini.

Semua point memang berat. Berat meninggalkan ego kita yang dulunya masih bebas ngapain aja, sekarang terbatas. Tapi Allah berikan kemuliaan untuk itu, Allah berikan pahala bagi istri yang mengerjakan pekerjaannya menjadi seorang istri karena Allah. Kita sayang suami kita dong pastinya? Bismillaaah.. semoga kita selalu bisa berusaha menjadi yang lebih baik lagi, menjadi istri yang disayang Allah dan Suami! Aaamiiin...


1 comment: